
Comeback Gagal, Bournemouth Tumbang 4–2 Lawan Liverpool – Liverpool memulai musim perdana Liga Primer 2025/26 dengan kemenangan dramatis 4–2 atas Bournemouth di Anfield, dalam laga yang penuh drama dan emosi. Laga ini berlangsung tak hanya sebagai pertandingan, tapi juga sebagai penghormatan bagi almarhum Diogo Jota dan saudaranya André Silva, dengan tributes menyentuh hati dari fans Liverpool sepanjang pertandingan berlangsung.
Gol pertama tercipta melalui penampilan luar biasa debutan baru, Hugo Ekitike, yang membobol gawang Bournemouth pada menit ke-37 dan kemudian memberikan assist untuk gol Cody Gakpo di awal babak kedua—membawa Liverpool unggul 2–0.
Namun, momentum seketika berubah. Bournemouth tidak menyerah begitu saja. Antoine Semenyo menjadi protagonis kebangkitan tim tamu dengan mencetak dua gol—yang pertama pada menit ke-64, dan gol kedua spektakuler lewat solo run yang melewati beberapa pemain Liverpool. Aksi tersebut menyamakan kedudukan menjadi 2–2.
Bentrokan emosional ini semakin intens setelah Semenyo melaporkan pelecehan rasial oleh seorang suporter Liverpool, yang membuat wasit menghentikan permainan sementara untuk penanganan insiden. Massa dan klub secara tegas mengecam tindakan tersebut.
Saat laga mendekati ujung waktu normal, Liverpool tetap menunjukkan mental juara. Federico Chiesa—yang masuk sebagai pemain pengganti—menyumbangkan gol penentu kemenangan lewat sundulan pada menit ke-88, disusul gol penutup emosional dari Mohamed Salah di waktu tambahan yang membuat skor menjadi 4–2.
Analisis & Sorotan: Kelemahan Bertahan dan Pemicu Kemenangan Dramatis
Pertandingan ini menyoroti dualitas permainan Liverpool: ofensif yang tajam, namun lini belakang yang masih rapuh. Jamie Carragher mengkritik pertahanan tim, menyebut penampilan mereka “absolutely shocking” dan mengingatkan bahwa mereka harus memperbaiki aspek ini jika ingin mempertahankan gelar juara.
Hugo Ekitike tampil impresif sebagai debutan, membuat dampak langsung dengan gol dan assist. Di sisi lain, Antione Semenyo menunjukkan karakter luar biasa dengan mencetak dua gol meskipun menghadapi pelecehan rasial—sebuah penampilan yang menuntut penghormatan.
Federico Chiesa menunjukkan nilai tambah dari bench Liverpool – golnya yang emosional tak hanya menyelamatkan poin, tapi juga menjadi simbol harapan, ditambah perayaan emotif Salah yang menggerakkan hati publik di Anfield.
Secara keseluruhan, pertandingan ini menjadi pengingat bahwa meskipun menyerang penuh, Liverpool perlu memperbaiki koordinasi di lini pertahanan mereka untuk musim panjang. Untuk Bournemouth, meski kalah, performa semangat juang dan memangkas ketertinggalan mereka cukup mengesankan.
Kesimpulan
Pertandingan antara Liverpool dan Bournemouth layak disebut sebagai roller-coaster emosional: dari penghormatan penuh rasa untuk Jota dan André Silva, gol-gol dramatis dari kedua tim, hingga insiden pelecehan rasial yang mencoreng malam itu. Liverpool akhirnya tampil sebagai pemenang di Anfield dengan skor 4–2, berkat kontribusi besar Ekitike, Gakpo, Chiesa, dan Salah.
Liverpool menunjukkan kedalaman skuad dan tekad yang kuat, meski ada celah di lini belakang yang perlu segera diperbaiki. Bournemouth pantas mendapatkan apresiasi atas perjuangan mereka, khususnya Semenyo yang tampil gemilang dalam tekanan.
Laga ini memberikan sinyal: Liverpool masih punya semangat juara, sementara Bournemouth menunjukkan bahwa mereka bukan lawan yang bisa diremehkan. Semoga keduanya bisa belajar dari laga ini dan tampil lebih kuat di pertandingan berikutnya.